Thursday, November 14, 2013

Tak Perlu Keliling Dunia


Akhir Maret 2013 kemarin, saya sempat melakukan roadtrip singkat. Ke jogja naik kereta. Di sana semi luntang-luntung putar-putar di Malioboro. Di perjalanan pulang (waktu tempuh sby-jogja via kereta api sekitar 5-6 jam) yang penuh dengan kesempatan melamun sebebas-bebas dan sepuas-puasnya itulah, lagu "Tak Perlu Keliling Dunia" ini ikut tershuffle di ipod saya.

Ou sekali lagi, saya bukan sedang menggaris bawahi luapan ekspresi maupun deskripsi jatuh cinta pertama kali ala anak SD bercinta dengan monyetnya. Saya baru menyadari bahwa lagu ini berbicara cukup dalam tentang kehidupan. Apa yang saya alami sekarang.


Pertama kali mendengar lagu ini, waktu nonton Laskar Pelangi seri 1. Versi bioskop. Bagus. Lagu pop yang bagus. Suara Gita Gutawa yang khas itu, cocok juga dengan lagu ini. Tapi untuk ukuran lagu pengungkapan cinta monyet ala anak kampung belitong, entahlah saya merasa lagu ini terlalu pop-metropolitan.

Beda sekali dengan lagu 'Jari-Jari Manis' (JJM) yang dibawakan Christofer Newman untuk drama musikal Laskar Pelangi. Sekalipun sama-sama merupakan penggambaran adegan Ikal yang kesengsem berat dengan Aling, si anak penjual kapur, bagi saya JJM jauuuh lebih cocok. Lebih polos, sederhana, dan yah anak belitong 12 tahun banget.

Tapi kali ini saya enggak berniat membahas lebih jauh tentang komparasi kedua lagu ini.

Fokus utama saya tetap lagu Tak Perlu Keliling Dunia. Highlight di bait kedua.


"Tak perlulah aku keliling dunia
biarkan ku di sini.

Dunia boleh tertawa melihatku bahagia.
walau di tempat yang kauanggap tak biasa.

Biarkanlah aku 
bernyanyi, 
berlari 
berputar, 
menari di sini. "

Entah apa yang ada di benak si songwriter ketika memilih aktivitas bernyanyi, berlari, berputar, dan menari untuk menggambarkan kebahagiaan di tempat yang dianggap orang tidak biasa tersebut.

Bagi saya secara pribadi, bernyanyi, berlari, dan berputar adalah kondisi eksplisit yang saya sedang hadapi.
Saya sedang dalam masa berputar kembali, kembali bernyanyi, kembali berlari.

Serasa berputar menjauhi apa yang menjadi tujuan saya meski saya paham apa yang sedang saya lakukan sekarang.

Merespon talenta musik dengan lebih serius. Paling serius sepanjang saya hidup, bahkan.

Demikian pula dengan berlari. Dalam arti sebenarnya. Berlari yang lebih dari olahraga. Berlari dengan sebuah pemahaman pribadi yang cukup dalam.

Sedang menari itu adalah salah satu personifikasi yang saya gunakan untuk menggambarkan kejadian penting yang berkaitan dengan relasi antar manusia. Sesuatu yang biasa bagi orang lain mungkin, tapi amat sangat tidak lazim bagi saya.

Dan perjalanan melamun bebas sepuasnya sangat singkat dan sederhana itu memang sangat dipenuhi spirit itu.

Kebahagiaan tidak biasa yang dipilih sesuka hati saya. Karena saya menyukainya. Karena sesuai dengan kapasitas saya. Karena itu yang saya tau saya mau.

Maka dari itu,
apalah arti keliling dunia.

Jika cuma ikut-ikutan.
Jika cuma untuk pamer simbol.
Jika tidak tahu apa berharganya itu.


Tidak perlu keliling dunia. Karena kebahagiaan sesungguhnya tidak perlu jauh-jauh ke mana-mana.

2 comments:

  1. Nice momentttt...ajak2 donngggg kalo mau "berpetualang" lagii....hehehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. next year ada plan nih! :D will update later. hope you can join!

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...