Monday, April 23, 2018

Night Shift

I can say that part of me was growing at night time. All those productive days, continuous chats with inner circle, whatsoever inspirations, insight from browsing/ online random research, piece of art. Which spent most on my uni days. Either related with the study itself or not. Blogging was definitely one of them.


Shifting from uni life to working phase, things change. Classic.

Bekerja dengan jam kantor 8-5 ternyata perlahan mengubah banyak hal. Apa benar karena jam kerjanya? Saya rasa mungkin enggak juga. Toh selama masa studi juga kelas-kelas juga dimulai dari sekitar pukul 7-8. Saya menyimpulkan, perbedaan 'status' itu kadang yang memberikan banyak batas. Dengan tanggung jawab (baca: tekanan) yang lebih dalam masa kerja, ketika ada waktu luang, khususnya di malam hari, leye-leye seperti menjadi opsi dan excuse terbaik untuk dilakukan.

Bulan Desember 2017 ini saya berkesempatan menjalani jaga shift malam di pabrik pengemasan.

Salah seorang teman saya bertanya, "Nginap di pabrik? Emang siapa yang nyuruh?"
"Saya sendiri. Lha saya sendiri yang terima order, dan akhirnya ga bisa selesaiin di jam kerja standard. Ya harus diselesaikan biar gimana pun juga."

Sebenernya kerja sampe lembur ke arah nggak tidur, nginap bukan di rumah, itu bukan kali pertamanya saya rasakan.
Jaman kerja kelompok di sekolah, jaman bikin event atau project SMA atau kuliah, jaman idealis merintis usaha sendiri. Ya singkatnya, jaman ketika waktu dan energi justru gak terlalu dibayar itu, bayar harganya gila-gila an. Jadi bagi saya yang sekarang kerjanya justru dibayar, sah-sah aja sih untuk bayar harganya lebih.

Yang saya kangen itu ternyata. Masa begadangnya. Night shift yang berkualitas. Produktivitas di jam-jam malam. Salah satunya ya. Blogging.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...