Kata mama, setiap kali saya lewat piano bertuts gading warna celometan kuning-soklat-putih yang terletak di depan pintu kamar saya di lantai dua ruko itu, saya selalu berhenti, terus dengan penuh semangat menekan-nekan tuts tersebut ngawur-ngawur 'dung creng dung tring trung...'
Ternyata itu latar belakang kenapa akhirnya mama memutuskan untuk mengikutkan saya di Kursus Musik Anak-Anak yang sama dengan yang diikuti kakak saya. Entah karena berebekan sama tingkah hyper si anak nomor dua begitu ngeliat piano, atau itu dianggap sebagai antusiasme tingginya terhadap dunia musik?