Sunday, November 17, 2013

Kembali ke Segno, Lagi

Disela dalam kepastian adalah bukan kebiasaan saya. Apalagi jika yang menyela adalah sosok yang sudah berkali-kali saya tinggalkan dengan alasan cukup jelas. Kembali berkoneksi dengan si penyela dalam ketidakpastian yang susah dipegang juga sukar dipahami oleh benak saya. Tapi hari itu saya melakukannya. Saya memilih untuk kembali. Dan hari ini, saya melakukannya lagi. Saya memilih untuk kembali lagi. Ke Segno. 



"Valen, kamu nanti saya carikan pacar loh ya, kalo main lagu lembutnya terus-terusan gak pake perasaan kaya gitu!"

-$-

"Inspirasi itu datangnya dari kehidupan. Keseharian kita. Suka duka yang kita alami. Lagu yang kamu bisa mainkan waktu kamu umur 12 tahun, tentu secara teknik, masih bisa kamu mainkan sekarang. Tapi berbeda. Yang membedakan adalah sentuhan pengalaman hidup yang kamu alami itu. Sepanjang usia 12 tahun hingga sekarang."

-$-



Hari itu turun hujan.
Suhu ruangan di dalam kafe itu yang biasanya cukup rendah, jadi makin rendah.
Entah apa gerangan yang membuat saya memutuskan untuk menghabiskan sebagian malam itu di dalam kafe saja. Seorang diri.

Ditemani laptop, cardigan kedodoran, dan buku catatan kecil lengkap dengan pulpennya.

Apa karena hujan yang makin deras dan saya malas hujan-hujanan ke lapangan parkir.
Atau apa?
Entahlah.

Jika diruntut kembali, sepertinya itu salah satu pengalaman awal saya yang paling berkesan tentang menulis secara bebas, mendalam, terarah, dan hmm manis?

Menulis bukan karena tugas kuliah, deadline pekerjaan freelance maupun pelayanan.
Menulis bukan untuk ekspresi marah, curcol, dengan bahasa asal-asal an. Menulis yang tidak semata memperlakukan media menulis seakan sebuah tong sampah yang tiada artinya, dalam tujuan satu arah semata. Hanya untuk memuaskan diri sendiri.

Menulis karena saya ingin menulis. Karena saya ingin menuangkan isi hati, dalam bingkai yang dipilih. Pilihan yang ada landasan artinya. Menulis dalam tulisan yang bermakna. Bermakna yang tidak dibuat-buat. Saya tidak bisa terlalu menjelaskan secara detail. Saya hanya merasa, itu adalah salah satu fase dalam hidup saya yang memberikan sentuhan cukup berbeda, bagi pemahaman saya secara pribadi, tentang menulis itu sendiri.

Apa mungkin itu juga yang dirasakan Nona Taylor Swift dalam setiap jejak perjalanan kisah kehidupan (cinta)nya? Ia menjaga kisah-kisah, setiap sentuhan, percikan, goresan, bahkan sayatan yang ada, sedemikian sehingga semua torehan itu bisa dikonversikan dalam karya. Dalam konteks nona TS karya itu adalah lagu. Hits. Mega hits. Hits yang masuk chart. Kumpulan hits yang dapet penghargaan. Atau sekedar berkarya? Entahlah. But I guess she has already had her formula. Or template. Or SOP. To manage that into a super good stuffs.

Me? Just a rookie.

Saya tahu saya punya kebutuhan untuk berekspresi cukup besar. Saya paham pula jika saya punya naluri serta 'senjata' untuk berekspresi dalam bentuk karya seni.
Saya punya pilihan.
Hanya saja, selama ini, saya tidak pernah memutuskan untuk benar-benar menaklukkannya.
Menjinakkannya.

Saya hanya membiarkan naluri itu berkelana, berlari ke sana kemari sesukanya. Cukup puas ketika orang bilang 'bagus. tulisanmu bagus. melodimu bagus. oke juga.'


Kembali ke hari hujan di cafe bersuhu rendah itu.

Tiba-tiba entah seperti apa. Mood 'berkarya' itu muncul.

Seperti gabungan atmosfer hujan, aroma kopi, hiruk pikuk riuh orang berteduh di kafe, derap rintik hujan, pemandangan kabur di kaca tembus pandang akibat guratan hujan, perasaan 'bebas'.
Bebas karena besok tidak ada 'tanggungan' apa-apa. Bebas terserah mau pulang rumah jam berapa saja. Bebas terserah mau di cafe sampe jam berapa saja. Bebas mau apapun. Bebas.

Baiklah. Saya mau mencoba. Menuangkan pengalaman 'aneh' yang secara pribadi saya alami beberapa waktu sebelumnya. Perasaan tanpa dasar logika yang menghantui waktu-waktu tidur malam saya.



Saya mencoba memilih. Memilih simbol-simbol yang saya sering gunakan dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar. Saya mencoba memadu padankan kosa kata yang saya sukai dalam bentuk-bentuk yang baru.
Saya mencoba mengambil potongan-potongan pengalaman yang saya alami, menggabungkannya menjadi latar highlight momen yang saya angkat tersebut. Saya mencoba menulis dengan bahasa yang paling nyaman saya gunakan. Saya mencoba memulai merangkai melodi dari part yang saya paling sukai, yang paling saya rasa cocok berpadu dengan lirik yang tersedia. Saya mencoba bermain-main dengan kesemuanya itu. Bebas. Tidak ada aturan. Hanya mengikuti intuisi. Mengikuti rasa 'sreg'. Mengikuti rasa suka. Rasa nyaman.

Dan inilah hasilnya.

"Kembali ke Segno"

Aku tak terbiasa
terusik oleh hal-hal
tak terkendara
tak terpegang  
Disela,
di tengah lamunan
akan asa 

Gita musik itu berdenting
melodi itu mengalun
medley, seakan tiada henti
"Pernah kucoba timpa
dengan cadasnya distorsi iringan
atau lengangnya vermata," 

Namun di suatu birama,
pola itu muncul lagi
tanpa prolog
tanpa perlu epilog
melekat bagaikan reffrain

Segno,
Kali ini,
Bernyanyilah.
Berceritalah.
dengan melodimu.
dengan kisahmu.
Ku akan dengarkan.

Dan bila di suatu masa,
harmoni itu masih serasi,
akan kudendangkan laguku.
akan kututurkan kisahku.

Bait-bait inspirasi,
paragraf-paragraf penuh cita,
keping-keping tak beralamat 
yang telah memenuhi carik naunganku.

Posted 23rd April 2011 by ValenCIA
Labels: love

Ada satu masa, ketika saya mempublikasikan karya tersebut dalam media apa pun, yang menjadi sorotan adalah objek dari karya itu sendiri. Atau pilihan bahasa lirik saya yang tidak biasa. Atau nuansa harmoninya yang lumayan 'minor' (baca: mellow).

Entah saya yang sudah menua atau seperti apa. But I guess I've been there too much. Haha.
I've passed that era, that moment, that commentable point.

Bagi saya yang sekarang, yang lebih berharga adalah apa-apa lagi yang ada di baliknya.

Mana pernah saya bayangkan bahwa akan ada momennya di mana karakteristik kepribadian yang butuh ruang berekspresi akan berkolaborasi dengan talenta musik, kesukaan menulis, dan dalam satu titik peristiwa di kehidupan, mereka akan bertemu. Melebur menjadi sebuah karya. Karya yang lebih dari penanda naik kelasnya saya sebagai penulis lagu atau kali ini jaminan bisa mendentingkan lagu-lagu bernuansa lemah lembut.

"If you do believe that everything comes together for a good reason, well, you should really keep believing."

Yes, betul memang, secara alamiah, pemahaman dan pengalaman kehidupan yang baru akan sangat mempengaruhi emosi dan imajinasi seniman yang nantinya diinterpretasikan pada karya seninya.

Tapi yang lebih hebat dari itu adalah, fakta bahwa sungguh ada bagian-bagian dari kehidupan yang terintegrasikan satu sama lain. Sungguh berharga dan indah ketika memahami, bahwa kehidupan dan pembelajarannya terus bertumbuh, berkembang, dan bisa connect dengan elemen-elemen personal dalam kehidupan tiap kita, bahkan dengan talenta dan minat pribadi kita.

Dalam bahasa kawan saya, Jess dengan istilah yang lebih mudah dipahami, dia bilang. "Senang ya akhirnya kamu bisa nge-sync semuanya."

:) Well. Sync. Sinkron. Nyambung. Berkaitan. Berhubungan. Ada benang merahnya.

Filosofi di balik frase 'kembali ke Segno' tersebut telah berkembang lebih jauh lagi. Khususnya bagi kelahiran baru ruang menulis saya yang ini.

"Mengapa enggak bikin www.valencialeonata.com saja?"

Well, it's simply because, the story behind 'why should make a personal web, even buying a domain?' is the same as the meaning behind 'back to Segno.'

Dalam label peristiwa kehidupan yang jelas berbeda. Satunya tentang perjalanan cinta. Satunya tentang perjalanan bersama talenta dan mimpi pribadi. Yang sama-sama membuat saya berbalik lagi. Ke titik yang pernah ditinggalkan. Kembali dengan perasaan tidak asing, tanpa harus mencari-cari. Seakan-akan sudah ditandai.

Jadi sekarang kalau saya lihat lagu itu. Saya melihatnya lebih dari curcol melankolis pribadi galau di tengah hari hujan dan aroma kopi tentang sesosok manusia.

Wah. Ternyata. It can be further than that.

Dengan benang merah yang sama. Sesuatu/orang yang secara personal dianggap penting. Yang seakan menyela, menyeruak begitu saja. Keluar dari pakem-pakem yang sudah disusun rapi. Kembali pada titik tidak asing.

Dengan keputusan respon yang serupa.
Kali ini, membiarkannya untuk berjalan dan mengalir. Bercerita.

Biar masa di depan yang menentukan seperti apa bentuk harmoni yang serasi itu nantinya.

Yang kali ini, saya cuma mau bercerita.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...